Lompat ke konten

Pondok Pesantren Darul Arifin Jambi

Hikmah Pagi: Nasehat Ibrahim Ibn Adham (W. 162 H)

Setelah cerita tentang si Majnun (1) yang in sya Allah akan dilanjutkan pada hikmah pagi berikutnya, hikmah pagi istirahat sebentar karena jadwal yang cukup padat. Menulis memang tidak semudah ucapan yang disampaikan, karena ia merupakan bagian dari seni, terkadang butuh imajinasi untuk menulis.
Walau tulisan itu hanya sekedar tulisan ringan seperti hikmah pagi, dengan bahasa yang ringan dan isinya pun menyangkut kebiasaan sehari-hari. Hikmah pagi dibuat mungkin hanya sebagai debu-debu yang bertebaran. Semoga melalui debu ini bisa menjadi jariyah yang terus mengalir.

Suatu hari terjadi dialog antara Ibrahim Ibn Adham dengan kawan-kawan beliau, dialog panjang lebar, sampailah pada tiga hal yang membuat mereka tercengang.

Pertama, tatkala malaikat turun ke bumi meniup ruh dalam rahim, dan malaikatpun bertanya? Ya Rabb, ini diberikan kebahagiaan ataukah kesusahan? Kami pun tidak mengetahui jawabannya.

Kedua, Tatkala malaikat turun untuk mencabut nyawa kami, kemudian malaikat bertanya? Dicabut dalam kondisi beriman atau dalam kekufuran? Kamipun tidak mengetahui jawabannya.

Ketiga, Tatkala para penduduk surga berkumpul di surga, begitupun penduduk neraka berkumpul di dalam neraka. Kemudian terdapat seruan, Wahai penduduk surga! Kalian kekal tanpa kematian. Lalu memanggil, Wahai para penduduk neraka! Kalian kekal tanpa kematian!! Kamipun tidak tau masuk golongan yang mana??

Ada sebuah ungkapan, “bukan pelajaran yang besar ketika hanya sekedar ikut-ikutan saja dalam kehidupan ini, namun sebuah pelajaran besar ketika kita selamat dari api neraka”. Seorang bijak berkata, banyak manusia mencari kemulian pada pintu-pintu kekuasaan namun mereka tidak akan pernah menemukannya, kecuali pada ketaatan kepada-Nya.

Dan jangan pernah meremehkan kecilnya dosa, dan jangan pernah melihat kecilnya maksiat, akan tetapi lihatlah kepada besarnya maksiat yang telah dilakukan.

Akhir kehidupan tidak ada satupun yang mengetahui, maka perbanyaklah kebaikan bukan kemaksitan. Karena setiap apa yang kita lakukan akan kita pertanggung jawabkan dihadapan Allah. (Lihat: ‘Indama Yahlu al-Masaak, Hal: 196-197). Janganlah bergantung kepada manusia, karena hanya akan mendapatkan penyesalan. Tapi bergantunglah kepada Allah niscaya akan banyak keindahan yang kita dapatkan.

Setelah mendapatkan wejengan Ibrahim Ibn Adham mereka terdiam, dan merenungkannya sambil berkaca-kaca.

Semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam kebaikan dan menjaukan kita dari keburukan baik di dunia maupun di akhirat kelak Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.

#hikmahpagi #za #ustadzzainul #ibrahim #ibnadham #nasehat #kajianislam #majlistaklim #jamaah #ngajibareng

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait