Rasulullah ﷺ memberikan wejangan,
مَنْ كاَنَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الَأخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, jikalau tidak mampu berbicara baik, maka lebih baik diam. (H.R Imam Muslim dalam shohihnya, Jilid: 1/69 dan Ahmad dalam musnadnya, Jilid: 4/31).
Dalam bahasa arab terkadang dikatakan sukut (السكوت) as-sukut : diam walaupun mampu untu bebrbicara (tidak mencampuri urusan orang) dan (الصمت) ash-shumtu : diam untuk tidak berkata bathil (berkata tidak benar).
Jadi diam terkadang diperlukan, baik tidak mencampuri urusan orang lain, apalagi sampai berbantah-bantahan yang sampai terucap kata-kata yang tidak dibenarkan.
Nasehat sebuah Syair,
الصُّمْتُ زَيِّنٌ وَالسُّكُوْتُ سَلاَمَةٌ * فَإِذَا نَطَقَتْ فَلاَ تَكُنْ مِكْثَارَا
مَا إِنْ نَدِمْتُ عَلىَ السُّكُوْتِ مَرَّةً * وَلَقَدْ نَدِمْتُ عَلىَ الْكَلاَمِ مِرَارًا
Diam adalah perhiasan, berdiam diri tidak terlalu ikut campur adalah keselamatan ** Kalaupun harus berbicara berbicara secukupnya
Penyesalan karena berdiam diri hanya sekali ** Sedang benar-benar akan merasakan penyesalan yang tiada hendi karena terlalu banyak bicara.
Semoga Allah menjaga kita untuk senantiasa mengucapkan hal-hal yang baim dan positif bagi sesama. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang istiqomah Aamien Allahumma Aamien.