Darul Arifin – Jambi Terkadang diantara kita ragu antara yakin dan tidak dengan do’a kita sendiri atau orang lain, mungkin juga yakin namun prakteknya kurang do’a. Karena terkadang kita kebanyakan berfikir rasional dan logis, padahal banyak kejadian disekitar kita itu irasional. Termasuk kekuatan do’a, yang bisa meluluh lantakan barisan musuh. Ini juga banyak diceritakan bagaimana juga perjuangan bangsa kita tak lepas dari do’a para Ulama’ dan pejuang seperti Mbah KH. Khalil Madura, KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Zainuddin Abdul Majid dan Ulama’-Ulama’ besar lainnya di tanah air.
Di dalam sejarah mungkin kita lebih cenderung mengenal Muhammad al-Fatih Sang Penakluk Konstantinopel atau Shalahuddin al-Ayyubi Sang Pejuang al-Quds. Sosok Nuruddin Mahmud memang jarang diperbincangkan, padahal beliau punya andil yang sangat luar biasa dalam pembebasan al-Quds dan namanya begitu harum di zamannya, dan malamnya begitu indah karena malam-malamnya sering berjumpa dengan Rasulullah.
Memang sosok yang rendah hati, sangat menghormati Ulama’, ‘Alim dan Faqih dalam Madzhab Hanafi. Bahkan disela-sela menjadi seorang hakim di Syam menyempatkan 4 hari untuk mengundang para Fuqoha’ untuk memberikan kajian kepada beliau dan masyarakat, bahkan beliau sendiri membawa kitab-kitab yang sangat banyak juga untuk dipresetasikan. Kalau beliau mendapati kesulitan dalam pemahaman beliau tidak segan-segan bertanya untuk mendapatkan jawabannya. (Lihat: Bidayah Wan Nihayah oleh Ibn Katsir, Jilid: 12/277). Bahkan Ibn Katsir menambahkan, beliau adalah sosok yang rajin mengkaji ulang ilmu-ilmu agama, hadits-hadits nabi, gemar shalat berjama’ah, rajin membaca al-Qur’an, sangat menjaga pandangan dan barang-barang haram yang dikwatirkan masuk ke dalam perutnya, gemar bersedekah, dan hampir tidak pernah meninggalkan shalat malamnya.
Seorang ulama’ mengatakan Nuruddin Mahmud seorang pemimpin yang cukup mengagungkan, bahkan para pakar sejarah mengatakan: Pemimpin yang ‘adil di dunia ini ada 6, Khulafaur Rasyidin, Umar Ibn Abdul ‘Aziz dan Nuruddin Mahmud. Yang sangat menarik setiap sepertiga malam, beliau membangunkan masyarakat di kota Damasykus dengan lonceng, guna untuk melaksanakan shalat malam bersama bukan hanya masyarakat, tapi juga bala tentaranya diajak shalat malam bersama sampai shalat shubuh tiba.
Pemasangan lonceng (atau beduk) berawal dari istri Nuruddin Mahmud, yaitu ‘Ishmatud-Din seorang wanita sholihah, cinta fakir miskin dan hampir tidak pernah meninggalkan shalat malam.
Suatu hari istri Nuruddin bangun kesiangan, dengan raut wajah yang tampak marah. Kemudian sang suami bertanya, wahai bidadariku kenapa wajahmu tampak marah? Apakah engkau selesai melihat film serial (zaman dulu belum ada TV, nonton seperti wayang) atau melihat sesuatu yang ganjal atau bertemu sesuatu yang tidak engkau sukai?
Demi Allah bukan karena itu, beliau mengatakan sambil air matanya meleleh: “Ananda sangat sedih wahai suamiku, karena tidak berdzikir pagi ini, dan malam hari aku tidak shalat malam”! karena kesiangan.
Seorang penyair mengatakan,
عُبَّادُ لَيْلٍ إِذَا جَنَّ الظَّلامُ بِهِمْ ** كَمْ عَابِدٍ دَمْعُهُ فِي الخَدِّ أَجْرَاهُ
Para ahli ibadah di malam hari ketiga gelap menyelimuti ** Betapa banyak ahli ibadah yang air matanya melelah membasahi pipinya. (Lihat: I’dama Yahlu al-Masa’, Hal: 225). Tatkala kesedihan istrinya disampaikan kepada Nuruddin Mahmud, maka beliau berkata kepada istrinya: “Nanti Kakanda akan membentuk tim khusus untuk menabuh (beduk) atau membunyikan lonceng, dan mereka akan digaji khusus”. Sehingga bukan hanya untuk istrinya saja namun untuk semua rakyat, sehingga masyarakat Damaskus setiap malam diajak shalat malam bersama.
Karena rajinnya shalat malam, kekuatan do’anya sangat luar biasa bahkan diakui oleh lawannya. (Bersambung). Semoga akan lahir kader-kader seperti Nuruddin Mahmud, dan semoga Allah menjaga dan menganugerahi kita dzurriyah yang sholih dan sholihah Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.