Hari ini di kota madinah dengan suasana kota yang begitu teduh, nyaman dan sangat tenang; ditambah dengan angina sepoi-sepoi yang menusuk tulang dinginnya yang mengetuk raga untuk tetap semangat menuju masjidnya dan juga berziarah ke makamnya. Karena kerinduan yang tak dapat dibendung lagi, ingin sowan kepadanya. Beliau adalah manusia agung yang setiap relung kehidupannya senantiasa dijadikan rujukan dan panutan.
Maka tak heran pesona madinah membuat orang berbondong-bondong dari berbagai negara ingin mengunjunginya, apapun musimnya baik dingin sekalipun tidak menyurutkan langkah kaki untuk mengunjungi kota madinah karena terdapat orang yang paling mulia di dunia ini.
Walau tidak bisa melihat secara langsung beliau, namun melihat makannya dari kejauhan mampuh meluluhkan air mata karena rasa rindu kepadanya. Ya Rasulullah andai engkau hidup di masa sekarang, mungkin tidak akan terjadi keributan di mana-mana karena masalah A, B dan C. Namun itu adalah sunnatullah, mungkin karena bumi sudah menua dan sudah lelah dengan dosa-dosa manusia.
Pantas jika sahabat Bilal karena tidak mampu membendung rindunya kepada Rasulullah sampai-sampai beliau pindah ke Damasykus. Bagaimana tidak, diceritakan oleh Imam Adz-Dzahabi dalam siyar a’lain nubala’, beliau adalah orang yang sangat dekat dengan rasulullah kemana saja selalu ikut dan ketika rasulullah sakit beliau salah seorang yang setia memapah nabi kemana saja beliau hendak pergi.
Ketika Rasulullah wafat beliau mogok adzan, bukan karena apa! kerinduannya kepada nabi selalu terbayang ketika beliau berjalan disetiap sudut kota Madinah, terlebih di masjid Rasulullah. Setiap beliau adzan air matanya tidak mampu terbendung karena posisi adzan beliau di atas dekat rumah nabi. Maka ketika menengok ke bawah akan melihat sosok nabi (bangun dari tidurnya, mengambil wudlunya dll), hal ini yang selalu terniang-niang sehingga beliau rela meninggalkan kota Madinah, walau dibujuk rayu oleh khalifah Abu Bakr juga Umar namun beliau tetap menolak.
Singkat cerita setelah sekian lama tidak mengunjungi madinah sebagian riwayat mengatakan kurang lebih 10 tahun, tatkala beliau tertidur pulas; Beliau mimpi berjumpa dengan Rasullullah, dan ditegur oleh Rasul: Ya Bilal alangkah kerasnya hatimu sehingga engkau lama tidak mengunjungiku juga masjidku. Sontak Bilal terbangun mengumpulkan istri dan saudaranya untuk dimintai pendapat, semua sepakat mengatakan: engkau harus pergi ke Madinah untuk berziarah ke rasulullah.
Bilalpun pergi ke madinah, dan disana sudah disambut oleh khalifah Umar. Tatkala berjumpa dengan Umar beliau meminta dengan nada yang lirih meminta Bilal untuk adzan. Namun Bilal tetap kokoh menjawab: ‘kami tidak akan adzan pasca wafatnya nabi’. Setelah keluar dari masjid nabawi, Bilal berjumpa dengan dua cucu kesayangan nabi yaitu ‘Hasan dan Husen’ dipeluknya erat dan beliau mengatakan: ‘kami mencium bau engkau ya rasulallah, kami sangat rindu’. Para cucu nabi mengatakan, wahai paman kami mohon engkau adzan kembali untuk mengobati rindu kami kepada kakek kami. Bilal menangis, dan mengatakan: Ya Rasulallah kami tak mampu menolak permintaan cucu engkau.
Naiklah bilal ke atas masjid dan mulai beradzan: Allahu Akbar …. Allahu Akbar … semua penduduk madinah spontan mengatakan ‘lama kami tidak mendengan suara ini, apakah Muhammad dibangkitkan kembali, teriak semua orang’, ketika bilal mengumandangkan: Asyhadu alla Ilaha Illallah …. Tua, Muda, laki dan perempuan keluar rumah menuju masjid nabawi dan mengatakan ‘apakah Muhammad dibangkitkan kembali’ sampai dikatakan oleh para pakar sejarah ‘yaumul ahzan’ hari yang paling menyedihkan adalah tatkala mendengarkan Bilal kembali adzan di Masjid Nabawi, semua orang menangis. Bilal melanjutkan adzannya, Asyhadu anna Muhammadarrasulullah …. Beliau sambil menengok ke rumah nabi tak terbendung air matanya yang akhirnya membuat beliau pingsan. Kesedihan Bilal mengenang Rasulullah, kemudian pulanglah beliau ke Damasykus dan kemudian jatuh sakit dan beliau pun akhirnya meninggal dunia dalam keadaan tersenyum, saat sakit istrinya menangis bilal mengatakan kepada istrinya, janganlah engkau menangis karena sebentar lagi saya berjumpa dengan rasulullah. (Lihat: ‘Indama Yahlu al-Masa’, Hal: 117-118). Begitulah pesona madinah membuat hati rindu dengan sosok agung Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Tat terasa air mata pun mengalir saat menulis kisah ini, semoga Allah menjaga kita semuanya dan nantinya kita dikumpulkan dengan manusia terbaik di akhirat kelak bersama Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam Aamien Allahumma Aamien. Salam dari kota Madinah. Al-Faqir Ila Allah, ZA.