Kegalauan itu bisa merusak akal dan badan serta membuat orang cepat menua, seorang penyair terkenal Al- Mutanabi berkata,
والهَمُّ يَخْتَرِمُ الجَسِيْمُ نَحافَةً **** وَيَشِيْبُ نَاصِيةَ الصَّبِيِّ وَيُهْرِمُ
Kegundahan hanya akan merusak badan dan akan menjadikannya kurus kerontang *** dan akan mempercepat tumbuhnya uban serta kepikunan.
Kita telah membaca kisah bagaimana Nabiyulllah Ya’kub yang kehilangan pengelihatanya karena menangisi anaknya Yusuf yang hilang. Dan kita juga telah membaca bagaimana kegundahan Ummul Mukminin ‘Aisyah ketika semua orang tidak mempercainya ketika terjadi peristiwa kabar bohong (fitnah) terhadap dirinya, sehingga beliau selalu menangis, sampai beliau berkata: “saya mengira kesedihan sudah menghilangkan hatiku”. Seorang penyair mengatakan,
وربما ضحك المهموم من عجب *** السن تضحك و الأحشاء تضطرم
Barangkali cukup mengherankan tertawanya orang yang sedang sedih *** Mulutnya terlihat tertawa, namun hatinya bergejolak.
Rasulullah bersabda,
مَنْ جَعَلَ الْهُمُومَ هَمًّا وَاحِدًا هَمَّ آخِرَتِهِ: كَفَاهُ اللَّهُ هَمَّ دُنْيَاهُ ، وَمَنْ تَشَعَّبَتْ بِهِ الْهُمُومُ فِي أَحْوَالِ الدُّنْيَا : لَمْ يُبَالِ اللَّهُ فِي أَيِّ أَوْدِيَتِهَا هَلَكَ “Barangsiapa yang menjadikan segala kepentingannya hanya satu kepentingan yaitu akhirat, niscaya Allah akan mencukupkan kebutuhannya di dunia, dan barangsiapa yang menginginkan keanekaragamn terhadap kepentingan dunia, Allah tidak akan menghiraukan di lembah manapun ia binasa.” (HR. Ibnu Majah dalam Kitab Faidlul Qadir, Jilid: 3/343).
Rasulullah juga bersabda:. مَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ هَمَّهُ : جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ، وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ، وَمَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ : جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ، وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهُ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا قُدِّرَ لَهُ. Barangsiapa akhirat menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kekayaannya di dalam hatinya (Legowo), Dia akan mengumpulkan segala urusannya yang tercerai-berai, dan dunia datang kepadanya dalam keadaan hina. Dan barangsiapa dunia menjadi tujuannya (niatnya), niscaya Allah akan menjadikan kefakiran berada di depan matanya, Dia akan mencerai-beraikan segala urusannya yang menyatu, dan tidak datang kepadanya dari dunia kecuali sekadar yang telah ditakdirkan baginya. (H.R. Imam at-Tirmidzi dalam Bahrul Fawa’id, Hal. 333).
Maka obat kegalauan adalah semuanya dikembalikan kepada Allah dan menerima dengan legowo terhadap qadla dan qadar yang sudah ditentukan-Nya.
Semoga Allah menjaga kita dan menghilangkan kegalauan dan kegelisahan dalam jiwa kita Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.