Lompat ke konten

Pondok Pesantren Darul Arifin Jambi

Hikmah Pagi: Uwais al-Qarni (W. 37 H) Yang Dianggap Gila (2)

Haram Ibn Hayyan al-‘Azdy mengatakan. Suatu hari saya ke kota Kuffah, tidak ada keinginan saya terhadap apapun melainkan untuk bertemu Uwais al-Qarni. Saya berusaha mencarinya dan bertanya tentang beliau, akhirnya saya menemukan beliau sedang duduk seorang diri di sungai Efrat di siang hari, beliau sedang mencuci pakaian dan mengambil air wudlu. Saya mengenalinya berdasarkan ciri-ciri yang disampaikan orang-orang tentang beliau. Beliau adalah seorang laki-laki yang kepalanya botak, tambun yang berkulit coklat, berjengggot tebal, memakai kain dan sorban dari wol, yang menarik wajahnya menjengkelkan dan menakutkan. Saya mengucapkan salam kepadanya, kemudian beliau menjawab salam saya, lalu beliau berkata: ‘semoga Allah memanjangkan umur anda’.
🕋
Saya mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan beliau, namun beliau menolaknya, kemudian saya berdo’a: semoga Allah juga memanjangkan umur anda. Senang rasanya berjumpa dengan njenengan, Kyai Uwais! Bagaimana kondisi njenengan? Semoga Allah senantiasa menyanyangi njenengan.
Hati saya tersentu melihat kondisi beliau sampai air mata tak terbendung lagi, begitupun beliau juga ikut menangis. Kemudian berdo’a: semoga Allah juga menyayangi sampean. 🕋

Haram Ibn Hayyan! Bagaimana kabar njenengan? Uwais bertanya, siapa yang memberitahu sampean tentang diriku.
Haram mengatakan, Allah
Beliau berkata, Tiada Tuhan Selain Allah dan membacakan firman Allah,
Maha Suci Tuhan kami, sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhu. (Q.S. al-Isra’: 108).
Saya sangat kaget ketika beliau mengenali saya dan menyebut nama saya. Padahal demi Allah kata Haram Ibn hayyan, padahal saya belum pernah melihat beliau dan begitupun sebaliknya.
Karena itu saya bertanya kepada beliau, dari mana anda kenal nama saya juga nama ayah saya? Padahal kita belum pernah berjumpa sebelumnya.
Uwais menjawab,
Telah diberitahukan kepada saya oleh Allah Yang Maha Mengetahui Lagi Maha Mengenal. (Q.S. at-Tahrim: 3).
Ruhku mengenal ruhmu dan mereka saling bicara. Sesungguhnya ruh memiliki jiwanya sendiri sebagaimana makhluq hidup. Sesungguhnya orang beriman saling mengenal antara yang satu dengan yang lainnya. Mereka saling mencintai dengan ruh ilahi.

 

Singkat cerita Uwais berdo’a, Duhai Tuhan sesungguhnya orang ini menganggap dirinya mencintai saya karena-Mu. Dia mengunjungiku karena-Mu. Ya Allah, buatlah saya mengenal wajahnya di Surga. Selama dia di dunia, jagalah dia di mana pun dia berada. Jadikan ia ridlo walaupun hanya mendapatkan bagian sedikit dari dunia. Mudahkanlah baginya mendapatkan sesuatu yang Engkau berikan di dunia ini. Jadikan ia orang yang selalu mensyukuri nikmat-Mu dan berikan balasan kebaikan terhadap apa yang ia perbuat kepada saya.
🕋
Setelah berdo’a Uwais mengatakan, saya sudah menitipkanmu kepada Allah. Semoga Allah menjagamu dan memberimu kasih sayang. Dan setelah hari ini kamu tidak akan bertemu lagi dengan saya. Saya tidak suka ketenaran saya lebih suka sendirian, maka jangan cari saya lagi. Ketahuilah engkau sudah dihati walaupun saya tidak melihatmu. Ingatlah saya dalam do’amu, dan sayapun akan selalu mengingatmu dan mendo’akanmu.
🕋
Uwais pun menangis ketika meninggalkan kami begitupun saya kami sama-sama terisak-isak. Sejak pertemuan ini kami tidak pernah menjumpai Uwais. Begitulah sosok Uwais yang misterius sang penghuni langit. (Lihat: ‘Uqoolaul Majaaniin, Hal. 96-98).
🕋
Nantikan kisah berikutnya, semoga Allah menjaga kita semuanya Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Terkait