Terdapat sebuah ungkapan: ‘’anak tidak jauh dari bapaknya’’, perumpamaan ini senada dengan firman Allah dalam surat al-Kahfi ayat 82, yang berbunyi:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
‘’Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang shaleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya’’.
Dalam banyak kitab tafsir dikatakan: bahwa keshalehan orang tua bisa menjadi sebab pertolongan Allah dan penjagaan terhadap anaknya. Sebagaimana juga disampaikan oleh Ibn Munkadir,
إِنَّ اللهَ يَحْفَظُ بِصَلاَحِ الْعَبْدِ ولده وولد ولده وعترته وعشيرته وأهل دويرات حوله، فلا يزالون في حفظ الله ما دام فيهم
“Sungguh Allah, dengan keshalihan seorang hamba, akan menjaga kebaikan anaknya, cucunya, keturunannya, dan keluarga besarnya, serta keluarga di sekitar rumahnya (tetangganya). Mereka senantiasa dijaga Allah selama hamba itu ada di tengah-tengah mereka.” (Lihat: Bahrul Madid, Jilid: 4/267).
هَذَا فَضْلُهُ تَعَالَى عَلىَ اْلأَبْنَاءِ بِبَرَكَةِ عَمَلِ اْلآبَاءِ، وَأَمَّا فَضْلُهُ عَلىَ اْلآبَاءِ بِبَرَكَةِ دُعَاءِ اْلأَبْنَاءِ
“Ini karunia Allah Ta’ala kepada anak dengan keberkahan amal bapak. Adapun karunia Allah kepada bapak adalah dengan sebab keberkahan doa anak.”
Diperkuat dengan perkataan Sa’id Ibn Musayyib mengatakan,
إِنِّي لَأُصَلِّي فَأَذْكُرُ وَلَدِيْ فَأَزِيْدُ فِيْ صَلاَتِيْ
“Sesungguhnya saat saya shalat lalu saya ingat anak saya, sehingga saya menambah shalat saya.”. (Lihat: Tafsir Ibn Katsir, Jilid: 7/433).
Ini sebagai dorongan bagi orang tua maupun siapa saja untuk melakukan perbuatan baik atau amal shaleh. Karenanya Imam al-Qurthubi pernah menyampaikan: bahwa Allah menjaga diri orang shaleh dan keturunannya walau mereka jauh darinya. (Lihat: Jami’ Li Ahkamil Qur’an, Jilid: 11/38-39).
Bahkan dalam hadits riwayat Imam Thabrany bukan hanya anak dan keluarganya tapi juga para tetangganya, sebagaimana Rasulullah bersabda:
اِنَّ اللهَ عَزَّ وَ جَلَّ لَيَدْفَعُ بِاْلمُسْلِمِ الصَّالِحِ عَنْ مِائَةِ اَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِهِ اْلبَلاَءَ ثُمَّ قَرَأَ: وَ لَوْلاَ دَفْعُ اللهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضِ لَّفَسَدَتِ اْلاَرْضُ
“Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla dengan lantaran seorang muslim yang shalih menolak bencana bagi seratus keluarga tetangganya. Kemudian beliau membaca ayat (yang artinya : Seandainya Allah tidak menolak keganasan sebagian manusia terhadap sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini …. (Q.S. Al-Baqarah: 251). (H.R. Thabrani, dalam al-Mu’jam al-Ausath, Jilid: 4/239).
Semoga Allah menjadikan kita dan keturunan kita hambah yang shalih sehingga diselamatkan di dunia dan di akhirat Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.