Penyakit hati memang terkadang susah dihilangkan, terkadang melihat orang lain lebih sukses hati gelisah; melihat orang lain diberikan kelebihan kita melihatnya biasa-biasa saja. Namun ketika melihat orang lain ahli ibadah dan hati-hati dalam setap perbuatan, kita melihatnya kaget bahkan mungkin dianggap aneh. Mungkin ini adalah sunnatullah yang terus berjalan.
Ada sebuah cerita menarik, suatu ketika ada seorang yang fasik diberi julukan “Khali’-” diberi nama demikian karena gemarnya berbuat kefasikan dan kerusakan. Suatu hari dia melewati majelis seorang Ahli Ibadah yang sangat terkenal, kemudian keduanya saling tidak enak dan malu. Khali’ pun berujar dihadapan orang ramai: “Saya Khali’ orang yang Fasiq, sedangkan beliau adalah seorang Ahli Ibadah yang sangat dikenal di sini”, harapan saya duduk di majelis beliau dan belajar kepadanya, berharap Allah akan merahmati saya dan mengampuni dosa-dosa saya, walau sedikit setidaknya saya ingin berubah.
Kemudian duduklah Khali’ disamping Ahli Ibadah, namun sang Ahli Ibadah berkata kepada dirinya: “Mana mungkin seorang yang Fasiq duduk disampingku, yang mana aku adalah Ahli Ibadah yang sangat dikenal luas”?! maka ia menolak duduk dan diskusi bersama, sampai ia akhirnya mengusir “Khali’-” dari Majelisnya.
Dengan perasaan pilu Khali’ meninggalkan majelisnya, hati yang sangat sedih, dia ingin memperbaiki diri malah ia direndahkan dan ditolak. Setelah Khali’ meninggalkan majelisnya. Sang Ahli Ibadah naik mimbar serasa berkata: “Berbicara tentang dirinya dengan rasa sombong, dan juga tentang ibadahnya kepada jama’ah yang hadir di majelisnya”.
Kemudian Allah mengutus seorang Nabi untuk memberitahu kepada Ahli Ibadah tersebut, utusan Allah itu menyampaikan: “Bahwa Allah mengampuni Khali’ karena ketulusannya ingin memperbaiki diri, sedangkan Allah menolak amalanmu karena kesombonganmu dan telah mengusirnya”.
Janganlah engkau merendahkan seseorang yang ingin belajar kepadamu, jangan tanya tentang agamanya dan bagaimana kehalihannya atau prestasi ibadahnya, janganlah menunjukkan keshalihan atau amalanmu kepada orang lain, janganlah engkau mengusir atau melarang seseorang yang mengharapkan rahmat (kasih sayang) Allah.
“Ingatlah! Kedudukanmu dihati manusia, sebagaimana kedudukanmu disisi Allah. Dan kedudukanmu disisi Allah, sesuai kedudukan Allah dihatimu”. (Lihat: ‘Indama Yahlu al-Masa’, Hal. 294-295).
Terkadang banyak orang ingin bertaubat mereka tidak tau jalan, malu bertanya. Maka membuka kajian-kajian ringan atau membuka pintu bagi mereka, paling tidak merupakan bagian untuk menyelamatkannya. Memang itu berat, tapi kenikmatannya tiada tara ketika ada arus perubahan terhadap manusia yang menjadi lebih baik.
Ini yang masih dipertahankan kyai-kyai sepuh, kalau tidak buka kajian di musholla ya dirumahnya. Bukan melihat berapa banyak jama’ahnya, tapi lebih kepada apa yang ia ajarkan adalah wahyu Allah, bukan dengan jalan pintas tapi proses yang panjang.
Semoga Allah melindungi para ulama’ kita, menjaga hati-hati kita, memudahkan saudara-saudara kita yang ingin mengharapkan secercah cahaya Allah. Semoga Allah menjaga kita semuanya dalam kebaikan dan keistiqomaan mengampuni dosa dan kesalahan-kesalahan kita Aamien Allahumma Aamien. Al-Faqir Ila Allah, ZA.