Siapa yang tidak mengenal sosok pendekar hadits dari Kufah, yang melahirkan para ulama’ terkemuka seperti A’masy, Ibn Juraij, Ja’far ash-Shodiq, Imam Hanafi, Imam ‘Auzai’ dan Ulama’-Ulama’ terkemuka lainnya.
Sosok yang sangat rendah hati dan sangat menjaga dari hal-hal yang tidak baik, sampai salah seorang ulama terkemuka Kuffah yang juga sahabat beliau mengatakan, “kami pernah bepergian dengan Sufyan ats-Tsaury, tidaklah keluar dari lisannya kecuali amar-ma’ruf nahi mungkar mulai berangkat sampai kembali pulang”. (Lihat: Hilyatul Auliya’, Jilid: 7/13).
Tokoh yang tidak asing bagi kita, nasehatnya yang selalu kita nanti, suatu ketika beliau pernah berpesan,
الْحَدِيْثُ أَكْثَرَ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ، وَلَيْسَ يُدْرَكُ، وَفِتْنَةُ الْحَدِيْثِ أَشَدُّ مِنْ فِتْنَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ.
Jumlah hadits lebih banyak dari pada emas maupun perak, bahkan tidak diketahui jumlahnya. Akan tetapi, fitnah hadits lebih sadis daripada fitnah emas atupun perak. (Lihat: Hilyatul ‘Auliya’ Jilid: 6/363).
كَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَكْتُبَ الْحَدِيْثَ تَأَدَّبَ وَتَعَبَّدَ قَبْلَ ذلِكَ بِعِشْرِيْنَ سَنَةً
Dulu apabila seseorang ingin menulis sebuah hadits, dia terlebih dahulu mempelajari adab dan beribadah sejak dua puluh tahun sebelumnya. (Lihat: Hilyatul ‘Auliya’, Jilid: 6/361).
Pesan ini seakan-akan mengisyaratkan kondisi kita masa kini, andai yang bukan ahli hadits diam dan tidak mudah mengklaim (lemah apalagi palsu), mungkin fitnah agama tidak akan setajam hari ini.
Pemahaman dalam hadits dibutuhkan silsilah sanad yang jelas, sehingga tidak terjadi intrepretasi yang jauh apalagi justifikasi kepara perawinya yang salah. Semoga Allah mengampuni dosa kita, dan menjaga kita dalam hidayah-Nya Aamien Allahumma Aamien.