Kali ini kita akan menggali ilmu dari sosok Ulama’ yang menyandang gelar “Bapak Pesantren” beliau adalah “Syaikhona Muhammad Khalil Bangkalan” , setelah berziarah dan keliling ada buku yang menarik menceritakan tentang kehidupan sang Syekh, dengan judul “Surat Kepada Anjing Hitam” Penulis Saifur Rahman.
Pada bagian 24 hal. 137, suatu hari ada tiga tamu yang sowan kepada Kyai,
- Sang Kyai bertanya, kepada tamu pertama, ada keperluan apa sampean? Dengan logat Madura yang khas, tamu mengatakan: saya pernah Kyai, hasil tidak didapat, malah rugi terus menerus.
Kyai Khalil menjawab, kalau sampean pingin sukses perbanyak istighfar, jawab sang kyai.
- Kemudian Kyai, beralih ke tamu yang kedua. Sampean ada perlu apa? Saya sudah 18 tahun menikah namun sampai sekarang masih belum memiliki keturunan.
Kyai menjawab, jika sampean ingin punya keturunan maka perbanyak istighfar, ucap kyai mantap. - Beralih ke tamu berikutnya, beliau bertanya, ada masalah apa sampean? Saya seorang petani, namun makin hari hutang saya semakin banyak dan saya tidak mampu melunasinya.
Kyai menjawab, kalau kamu pingin sukses dan lunas hutangmu perbanyak istighfar, ucap sang Kyai.
Melihat kondisi ini, banyak santri juga tamu heran 3 masalah jawabannya sama, yaitu perbanyak istighfar.
Melihat ini sang kyai pun mengetahui kalau mereka bingung kemudian beliau membacakan ayat Al-Qur’an Surat Nuh ayat 10-12,
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا (10) يُرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْكُمْ مِدْرَارًا (11) وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَلْ لَكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَلْ لَكُمْ أَنْهَارًا (12)
“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.”
Mendengar penjelasan Kyai para santri pun mengerti bahwa ini adalah janji Allah, dan tak lama tamu tersebut hajatnya dimudahkan oleh Allah.
Jadi sebenarnya apa yang disampaikan para Kyai dulu, walau tidak memakai dalil ucapannya tidak pernah lepas dan Al-Qur’an dan Sunnah, karena untuk memudahkan umat maka mereka tidak menyebutkan riwayat siapa dan di dalam kitab apa!!, namun klu kita telusuri hal itu pasti ada. Karena ketawadhu’an para kyai terdahulu jadi tidak menyebutkannya. Sama halnya seperti Imam Ahmad Ibn Hambal, kalau lupa dalam periwayatan hadits beliau langsung nisbatkan kepada guru beliau yaitu Imam Syafi’i.
Kita berdo’a semoga Allah menjaga para Ulama’ kita, sehingga kita dapat meneladaninya sisi kehidupan bersahajanya. Semoga nantinya kita dikumpulkan bersama para Anbiya’ dan Orang-orang Sholeh, Aamien Allahumma Aamien.